9 Juni 2013

Wisata manta lebih menguntungkan daripada memburunya


Sekali lagi, paparan ilmiah menegaskan bahwa manta lebih bernilai saat masih hidup, dibanding saat menjadi santapan atau bahan obat.

Sebuah studi di jurnal PLoS ONE memperkirakan bahwa ikan pari manta bisa memberikan devisa dari sektor wisata sebesar US$140 juta atau sekitar Rp1,33 triliun per tahun. Jumlah ini jauh lebih besar jika dibandingkan saat pari manta diburu, dalam keadaan mati, atau diambil insangnya demi pengobatan tradisional Cina.

“Sebagai contoh di Indonesia, penghasilan nelayan dari berburu piring insang ikan pari manta diperkirakan sekitar US$400.000 (Rp3,6 miliar), sementara sektor wisata bisa menghasilkan lebih dari US$15 juta keuntungan bagi masyarakat, dan ini akan terus berulang setiap tahun tanpa mengurangi populasi pari manta itu sendiri,” ungkap penulis penelitian ini, Mary O’Malley dalam rilis medianya.

Dalam beberapa tahun terakhir, ikan pari manta menjadi sasaran perburuan satwa, yang diyakini menjadi bahan pengobatan tradisional di Asia Timur. Namun, dalam studi terbaru ini terkuak bahwa perdagangan insang ikan pari manta hanya bernilai sekitar US$5 juta per tahun, atau hanya sekitar 3,5 persen dari jumlah yang bisa mereka sumbangkan dari sektor wisata alam.

“Kendati kualitas daging pari manta dinilai tidak bagus, namun insang atau peranti pernapasan spesies ini sangat dicari di Asia di mana mereka digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit,” ungkap para penulis.

Insang pari manta dipercaya bisa menyembuhkan berbagai penyakit, mulai dari asma sampai cacar air, bahkan kanker.Tapi tidak ada bukti ilmiah yang bisa dipercaya bahwa insang pari manta memiliki khasiat pengobatan yang nyata.

“Beberapa praktisi pengobatan bahkan menilai bahwa insang pari manta tidak efektif digunakan sebagai obat dan sudah banyak materi lainnya yang bisa digunakan sebagai pengganti,” ungkap lembaga Manta Trust yang bergerak dalam perlindungan ikan pari manta ini.

Sumber: NatGeo Indonesia

Tidak ada komentar: