22 Maret 2014

Asal Mula Patung Pancoran


Kawasan Pancoran kini menjadi salah satu titik kemacetan di Ibu kota Jakarta. Kemacetan di Pancoran sangat sulit diurai.

Kemacetan yang saling mengunci membuat lampu merah yang ditempatkan di perempatan tersebut seolah tak berguna. Saat lampu hijau pun kendaraan terkadang tetap tidak melintas karena jalan tertutup kendaraan dari arah lain. Begitulah kemacetan yang terjadi di bawah Tugu Pancoran.

Di balik kemacetannya yang berada di bawahnya, patung Pancoran menyimpan banyak cerita, termasuk soal pembuatannya dulu. Tugu Pancoran menyisakan kisah sedih bagaimana tugu itu bisa terwujud dan menjadi salah satu ikon penting Jakarta. Berikut cerita pembuatan Tugu Pancoran oleh pematung legendaris Edhi Sunarso . Sang pematung kini tergolek lemah di rumahnya di Jl Kaliurang, Yogyakarta. Sudah satu tahun sejak ibu meninggal, saya kena stroke, kata Edhi


Bermula dari patung perunggu Tugu Selamat Datang
Setelah menyelesaikan relief Museum Perjuangan Yogyakarta tahun 1959, Edhi Sunarso mendapat panggilan dari Bung Karno untuk menemuinya di Jakarta. Sontak panggilan tersebut membuatnya terkejut. Edhi pun bertanya-tanya apa kepentingan Bung Karno memanggilnya ke Jakarta. Selain dia, dua seniman lainnya, Henk Ngatung dan Trubus pun juga mendapat panggilan serupa.

Pagi-pagi benar Edhi sudah sampai di Istana Merdeka. Ia pun disambut kepala kerumahtanggaan presiden dan dipersilakan ke teras belakang Istana. Edhi duduk di sana menunggu Bung Karno. Kira-kira pukul 07.00 pagi Bung Karno yang masih mengenakan piyama datang menemui Edhi.

"Selamat pagi, sudah pada minum teh belum?" tanya Bung Karno. "Sudah pak, selamat pagi pak," sahut Edhi.

Tanpa basa-basi Bung Karno langsung meminta Edhi untuk membuat sketsa patung Monumen Selamat Datang untuk menyambut para atlet Asian Games. "Saya minta patungnya dari perunggu setinggi sembilan meter, nanti diletakkan di bundaran depan hotel Indonesia," ujar Bung Karno.

Sesaat henk Ngatung dan Trubus datang, Bung Karno langsung memperagakan bentuk patung selamat datang yang ia inginkan. Bung Karno mengangkat tangannya ke atas membentang ke kiri dan kanan.


"Begini lho.." ujar Bung Karno sambil memperagakan, selamat datang para olahragawan di Indonesia, lanjut Bung Karno.

Bung Karno lantas meminta Edhi, Henk dan Trubus untuk membuat sketsa dan menanggapi bentuk patung yang ia peragakan. Setelah itu, Bung Karno langsung menunjuk Edhi menjadi ketua tim pengerjaan tugu selamat datang dan meminta Henk dan Trubus untuk membantu. Edhi yang pada saat itu hanya pernah membuat patung dari batu menyela pembicaraan bung Karno. "Pak, sebenarnya saya belum pernah membuat patung perunggu, jangankan setinggi sembilan meter, sepuluh centimeter saja saya belum pernah, ujar Edhi saat itu dikutip dari otobiografinya "Meniti Jalan Pembebasan."

Perkataan Edhi tersebut langsung direspon oleh Bung Karno. "Eh saudara Edi, kamu punya rasa bangga berbangsa bernegara gak? Saya kira kau punya itu. Saya pernah dengar kalau kamu pernah menjadi pejuang dan dipenjara belanda. Iya ndak? celetuk Bung Karno. Edhi hanya mengiyakan pertanyaan Bung Karno.

"Kalau begitu, kamu tidak bisa bilang gak bisa, harus bilang sanggup! Ini untuk kebesaran bangsamu. Bahwa kita sanggup dan pantang menyerah!" tegas Bung Karno. Edhi yang masih belum yakin meminta waktu untuk mencoba dulu membuat patung dari perunggu. Namun hal tersebut langsung ditolak Bung Karno. "Tidak ada coba-cobaan. Pokoknya langsung lakukan ya! kata Bung Karno. Edhi pun akhirnya dengan tegas menjawab Bung Karno akan mengerjakan patung selamat datang.

Setelah pengerjaan tugu selamat datang rampung, Bung Karno kembali mempercayakan beberapa tugas pembuatan patung pada Edhi, termasuk Patung Dirgantara atau Tugu Pancoran.



Belum bisa bikin pesawat, Tugu Pancoran demi kebanggaan




Menurut Edhi dari sekian banyak pengerjaan patung dari Bung Karno, hanya Patung Dirgantara yang sempat terhambat. Pada waktu itu Bung Karno ingin Edhi membuat patung? untuk menghormati pahlawan penerbangan Indonesia.

"Kita belum bisa membuat pesawat terbang, tapi kan kita punya pahlawan yang pemberani. Kalau Amerika, soviet bisa membangga karena punya industri pesawat. Tapi kita? belum punya. Tapi kita harus punya kebanggaan, Keberanian itu Kebanggaan kita! Karena itu saya ingin membuat manusia Indonesia dengan gagah berani, terbang, untuk? menggambarkan keberanian bangsa Indonesia. Kalau dalam pewayangan seperti Gatotkaca mental bentala, gatotkaca menjejak bumi, kata Bung Karno pada Edhi.


Rumah sang pematung disegel karena utang
Namun dalam pengerjaannya, patung Dirgantara sempat terhenti karena kurangnya dana. "Saat itu selain kejadian G30 S PKI, terpaksa saya hentikan pengerjaan patung karena kendala dana, kita sudah punya utang banyak pada Bank Niaga, kenang Edhi.

Saat itu, menurut Edhi pengerjaan bahan patung sudah mencapai 99 persen. Hanya kurang membawa bahan tersebut ke Jakarta dan merangkainya menjadi satu. Setelah mandek, Bung Karno yang pada waktu sedang sakit, sekitar tahun 1967, memanggil Edi ke Jakarta untuk menemuinya. "Beliau sudah sakit waktu itu, terlihat pucat mukanya danh? kurus," kata Edhi. Setelah bertemu dengan Edhi, Bung Karno menanyakan bagaimana kelanjutan proyek Patung Dirgantara. "Patung Dirgantara neng endi?" tanya Bung Karno pada Edhi.

"Sampun rampung pak," jawab Edhi.

"Kok durung dipasang?" tanya Bung Karno lagi.

"Maaf pak, sampun mboten gadah arto, kepeksa sedaya pekerjaan dipun berhentikan, saya sudah selesaikan perlengkapannya dengan utang bahan, sampai sekarang belum? dibayar. Sampai-sampai rumah saya disegel karena masih punya utang," jawab Edhi. Bung Karno pun trenyuh mendengar pengakuan Edhi.


Bung Karno jual mobil Buick
Mendengar jawaban Edhi, Bung Karno lantas memerintahkan? Gafur, staf pribadinya. "Fur, mobilku dolen. Sing Buick. Nek wis payu duite serahno Edi, biar cepet? dipasang patung itu," ujar Bung Karno. Setelah itu Edhi pamit pulang Yogyakarta untuk mempersiapkan pengangkutan bahan patung ke Jakarta. Sebelum berangkat ke Yogyakarta, seorang staf kepercayaan Bung Karno menemuinya dan menyerahkan uang sebesar Rp 1.750.000 untuk biaya pengangkutan.

Sayangnya belum selesai pemasangan patungnya, Bung Karno sudah wafat, saya sedih sekali waktu itu, ungkap Edhi yang pada waktu mendengar kabar Bung Karno meninggal masih di atas mengerjakan patung.

Sebelumnya, bung Karno sempat meninjau pemasangan patung, namun Edhi yang pada waktu itu tengah di atas, dilarang turun oleh Bung Karno untuk menyambutnya. "Bung karno sempat datang meninjau, tapi saya gak boleh menyambut, suruh terus bekerja, itu terakhir saya melihat Bung Karno, setelah itu beliau mau meninjau lagi,? tapi tidak jadi karena sakit" kenang pria yang mengarang tanggal kelahirannya 2 Juli 1932.



Sumber: merdeka

Tidak ada komentar: