28 September 2013

Teh atau Kopi: Mana yang lebih baik?

Teh dan kopi adalah minuman yang populer saat ini. Minuman tersebut dapat meningkatkan suasana terutama ketika berkumpul dengan teman dan keluarga. Mana yang lebih baik menurut Anda, teh atau kopi?

Mari simak perbedaan dari kedua minuman tersebut.

Kadar kafein.
Meskipun keduanya mengandung kafein, tapi kandungan kafein kopi jauh lebih besar. Kandungan kafein dalam secangkir teh sekitar 55 miligram, sementara dalam secangkir kopi mencapai 125 – 128 miligram. Kandungan kafein dalam teh membantu meningkatkan konsentrasi. Sementara dalam kopi dapat meningkatkan kecemasan.


Pencegahan kanker.
Penelitian menunjukkan mengonsumsi  teh dalam jumlah yang tepat dapat membantu melawan kanker dan penyakit kardiovaskular. Beberapa penelitian juga mengungkapkan kopi ampuh untuk mencegah kambuhnya kanker payudara dan mencegah kanker prostat. Satu lagi penelitian menyebutkan bahwa tingkat kanker di negara-negara Asia jauh lebih rendah daripada Amerika Serikat, salah satu faktor pendukung karena tingginya asupan teh.

Meringankan sakit.
Senyawa dalam teh membantu kita dari gangguan inflamasi dan arthritis. Fungsinya yang lain dapat mengurangi pembentukan darah. Kopi juga dikenal mampu memberikan bantuan penderita  asma dan penyakit Parkinson.

Efek antioksidan.
Teh dan kopi keduanya mengandung antioksidan, tapi berbeda fungsi. Dalam teh, antioksidan melindungi tubuh dari radikal bebas, mengurangi stres dan kadar kolesterol dalam tubuh. Sementara antioksidan dalam kopi mengatur kadar gula dan mencegah batu empedu.

Tempat asal.
Awalnya tanaman teh berasal dari Cina dan India. Sementara kopi berasal dari Ethiopia dan bagian lain dari benua Afrika.

Terlepas dari perbedaan antara kopi dan teh, keduanya memiliki manfaat yang baik bagi tubuh, selama dikonsumsi dengan bijaksana. Minumlah secara moderasi dan jangan tambahkan gula atau apapun ke dalamnya.

Sumber: NatGeo Indonesia

26 September 2013

Manfaat Teh Bagi Kesehatan Kita

Minum teh lima cangkir atau lebih per hari diketahui dapat mengurangi risiko seorang pria menderita kanker prostat ganas

Teh banyak bermanfaat bagi kesehatan. Bahkan, salah satunya untuk mencegah kanker. Minum teh lima cangkir atau lebih per hari diketahui dapat mengurangi risiko seorang pria menderita kanker prostat ganas. Demikian menurut sebuah penelitian baru.

Teh sejak dulu dikenal memiliki banyak manfaat kesehatan bagi tubuh manusia. Ada enam manfaat yang luar biasa dari minum teh. Teh dapat membantu mempertahankan berat badan yang sehat. Nah, ini berita bagus bagi Anda yang tidak ingin gemuk.

Sebuah penelitian tahun 2010 menemukan bahwa komponen dalam teh hijau memberikan efek positif pada jaringan mata, terutama yagn berkaitan dengan retina. Rata-rata konsumsi teh hijau dapat membantu kita melihat lebih baik.

Manfaat lain minum teh bahwa dapat membantu seseorang terlihat lebih muda. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh para ahli menyatakan bahwa ekstrak teh putih dapat menghambat produksi kerutan dengan memperkuat elastin dan kolagen, dua faktor penting pencegah perkembangan garis halus dan kerutan. Selain itu, dari penelitian tahun 2011, menegaskan bahwa teh putih dapat menjaga sendi lebih muda.

Teh hitam dapat membantu mengurangi tingkat stres. Sebuah penelitian menemukan bahwa teh hitam dapat membantu menurunkan hormon stres. Sementara, kafein dalam teh dapat membantu mengurangi keseluruhan risiko diabetes.

Dari sebuah penelitian, disebutkan bahwa pria yang minum lima cangkir teh sehari memiliki risiko 33 persen lebih rendah untuk stadium 4 kanker prostat. Minum lima cangkir teh setiap hari juga bisa mengurangi risiko kanker prostat stadium 2 hingga 25 persen. Perbandingan ini dengan pria yang minum teh hanya satu cangkir per hari.

Tahap 2 kanker prostat terjadi ketika tumor tumbuh di kelenjar prostat, tetapi tidak menyebar. Pada stadium 4, kanker telah menyebar ke daerah lain seperti limpa, tulang, dan hati. Demikian dilaporkan oleh Daily mail.

Hasil ini diketahui oleh para peneliti di Belanda setelah menganalisis data dari 58.279 pria dan menemukan 3.362 kasus kanker prostat, termasuk 1.164 kanker stadium lanjut. Peneliti membandingkan data dari peserta serta tingkat mereka terkena kanker prostat secara alami.

Senyawa kimia yang disebut flavonoid dalam teh dipercaya dapat mencegah sel-sel kanker pembentuk tumor. Kabar baiknya, manfaat teh tidak akan berkurang meski kita menambahkan gula, susu, pemanis lain, atau lemon ke dalamnya. Tentu saja, akan lebih baik bila tidak menambahkan gula atau pemanis ke dalamnya.

Yuk, sekarang waktunya ngeteh.

Sumber: NatGeo Indonesia

25 September 2013

Hewan Eksotis Berpotensi Menularkan Penyakit

Berbagai jenis hewan peliharaan eksotis berpotensi menularkan penyakit. Mereka yang memelihara hewan-hewan tersebut harus berhati-hati karena perilaku dan penyakit yang dibawa belum banyak diketahui.

Memelihara hewan eksotis di rumah membuka peluang penularan penyakit. ”Para pakar kesehatan manusia dan hewan dari sejumlah negara sepakat, memelihara binatang yang tak lazim di lingkungan manusia berisiko,” kata Ketua Umum Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Wiwiek Bagja, Selasa (13/8) di Jakarta.

Hewan peliharaan eksotis merupakan sebutan untuk segala jenis hewan peliharaan yang dahulu tak biasa dipelihara di rumah. Kebanyakan satwa liar yang dipelihara di rumah karena tren misalnya hamster, sugar glider (hewan terbang mirip tupai), kera, iguana, dan berbagai ular.

Satwa liar sering menjadi sumber berbagai jenis penyakit menular. Dari 338 penyakit menular baru yang disepakati pakar kesehatan dunia dalam pertemuan yang digelar Wildlife Conservation Society pada tahun 2004 di Amerika Serikat, sebanyak 60,4 persen atau 204 jenis merupakan penyakit menular dari hewan ke manusia (zoonosis).

Dari 204 penyakit zoonosis baru itu, 70 persen atau 143 penyakit disebabkan satwa liar. ”Fakta itu menunjukkan, mereka yang memelihara hewan yang tak lazim hidup di lingkungan orang harus benar-benar waspada,” kata Wiwiek.

Dokter hewan Perdana mengatakan, sejumlah hewan eksotis yang sedang tren di Indonesia saat ini potensial menularkan penyakit. Hamster, kelinci, dan sugar glider bisa menularkan penyakit kulit seperti scabies atau kudis. Hamster juga pernah diketahui menularkan virus papovavirus yang dapat menyebabkan infeksi ginjal dan tumbuhnya tumor. ”Namun, ini sangat langka,” ujarnya.

Menurut Perdana, sugar glider juga dapat menularkan leptospirosis. Penyakit yang gejala awalnya demam, sakit kepala, dan muntah itu bisa merusak ginjal dan hati, serta radang selaput otak. Berbagai jenis reptil juga berpotensi menularkan bakteri yang dapat menyebabkan berbagai penyakit, dari tifus hingga kelumpuhan. Adapun kera potensial menularkan tuberkulosis dan hepatitis.

Belum menyeluruh

Menurut Perdana, penelitian tentang hewan eksotis belum banyak dilakukan sehingga perilaku dan penyakit yang potensial ditularkan belum banyak diketahui. ”Karena hewan eksotis dulunya satwa liar, belum banyak penelitian yang dilakukan jika dibandingkan dengan hewan peliharaan yang lazim, misalnya anjing dan kucing,” ujarnya.

Mereka yang ingin memelihara hewan eksotis dianjurkan mencari informasi dari berbagai sumber, termasuk dari komunitas dan dokter hewan. Hewan eksotis yang dipelihara sebaiknya hasil ternak, bukan tangkapan dari alam. ”Kalau hasil ternak, penyakitnya cenderung lebih terkendali,” ujar Wiwiek.

Hal senada dikatakan anggota komunitas pencinta sugar glider di Indonesia, Suryo Adilaksano (40). ”Mereka yang pemula sebaiknya membeli sugar glider hasil ternak karena biasanya lebih jinak dan tidak berpenyakit,” ujarnya.

Suryo menuturkan, sugar glider hasil tangkapan dari hutan-hutan di Papua sering terserang diare dan tubuhnya terluka

Sumber: Kompas.com

19 September 2013

Hobi Tonton TV Merusak Kemampuan Berbahasa dan Matematika Anak


Duduk diam dalam waktu lama juga bisa membuat fisik anak kurang fit dan mengalami kesulitan psikososial sehingga ia rentan di-bully.

Membiasakan anak balita menonton televisi sangat tidak disarankan. Selain membuatnya kurang bergerak, menonton TV lebih dari 3 jam setiap hari bisa merusak kemampuan berbahasa dan matematika anak.

Para ahli merekomendasikan agar durasi balita menonton TV sebaiknya tidak lebih dari 2 jam. Setiap tambahan jam yang dihabiskannya di depan TV akan menurunkan kemampuan akademiknya.

Kebiasaan menonton TV akan membuatnya sulit berkonsentrasi. Duduk diam dalam waktu lama juga bisa membuat fisik anak kurang fit dan mengalami kesulitan psikososial sehingga ia rentan di-bully.

Profesor Linda Pagani dari Universitas Montreal, mengatakan orangtua harus membatasi waktu menonton TV anak mereka tak lebih dari dua jam setiap hari.

Penelitian yang dilakukannya menunjukkan secara jelas kaitan antara durasi menonton TV dengan rendahnya kemampuan motorik dan keterampilan psikososial anak. 

Pagani mengamati 991 anak perempuan dan 1006 anak laki-laki di Quebec, Kanada, berusia 29 bulan. Orangtua anak-anak itu diwawancara untuk mengetahui kebiasaan menonton TV anak dan perkembangan kemampuannya. 

Hasilnya, anak yang nonton TV sekitar 3 jam merasakan dampak negatif lebih banyak dibanding dengan anak yang durasi menonton TV-nya sekitar 2 jam.

Anak yang menonton TV lebih dari 3 jam setiap hari juga mengalami kesulitan dalam kemampuan berbahasa dan matematika.

Sumber: NatGeo Indonesia

10 September 2013

Brain-to-brain interfaces have arrived, and they are absolutely mindblowing

In a stunning first for neuroscience, researchers have created an electronic link between the brains of two rats, and demonstrated that signals from the mind of one can help the second solve basic puzzles in real time — even when those animals are separated by thousands of miles.

Here's how it works. An "encoder" rat in Natal, Brazil, trained in a specific behavioral task, presses a lever in its cage it knows will earn it a reward. A brain implant records activity from the rat's motor cortex and converts it into an electrical signal that is delivered via neural link to the brain implant of a second "decoder" rat.

Still with us? This is where things get interesting. Rat number two is in an entirely different cage. In fact, it's in North Carolina. The second rat's motor cortex processes the signal from rat number one and — despite being unfamiliar with the behavioral task the first rat has been conditioned to perform — uses that information to press the same lever.

The experiment, the results of which are published free of charge in today's issue of Scientific Reports, was led by Duke neuroscientist Miguel Nicolelis, a pioneer in the field of brain-machine interfaces (BMIs). Back in 2011, Nicolelis and his colleagues unveiled the first such interface capable of a bi-directional link between a brain and a virtual body, allowing a monkey to not only mentally control a simulated arm, but receive and process sensory feedback about tactile properties like texture. Earlier this month, his team unveiled a BMI that enables rats to detect normally invisible infrared light via their sense of touch.

But an intercontinental mind-meld represents something new: a brain-to-brain interface between two live rats — one that enables realtime sharing of sensorimotor information. It's a scientific first, and while it's not telepathy, per se, it's certainly something close. Neither rat was necessarily aware of the other's existence, for example, but it's clear that their minds were, in fact, communicating. "It's not the Borg," Nicolelis tells Nature's Ed Yong. What he has created, he says, is "a new central nervous system made of two brains."

Said nervous system is far from perfect. Untrained decoder rats receiving input from a trained encoder partner only chose the correct lever around two-thirds of the time. That's definitely better than random odds, but still a far cry from the 95% accuracy of the encoder rats.

What this two-brain system does do, Nicolelis argues, is enable the rats to work with one another in unprecedented ways. And while neural communication between two animals on entirely separate continents is impressive in its own right*, Nicolelis says the most groundbreaking application of this technology — a 3-, 4-, or n-mind "brain net" — is still to come.

"These experiments demonstrated the ability to establish a sophisticated, direct communication linkage between rat brains," he said in a statement, "so basically, we are creating an organic computer that solves a puzzle."

"We cannot predict what kinds of emergent properties would appear when animals begin interacting as part of a brain-net," he continues. "In theory, you could imagine that a combination of brains could provide solutions that individual brains cannot achieve by themselves."

The study is published in the latest issue of Scientific Reports. (No subscription required!)

Source: io9.com

8 September 2013

Kenangan terindah


Minggu lalu (Kamis, 5 September 2013) aku mbolos sekolah, loh knapa? Seragamku kecuci -.- dan sialnya seragamku cuma satu aja. Yaa kalo bolos pasti ada resikonya lah, bukan resiko dari sekolahnya sih tapi dari orang tuaku. Aku harus dikata katain Kapok, bajumu kecuci! Oleh orang tuaku. Tapi dinikmati ajalah, gak usah dibuat susah :D Pagi jam 6 biasanya aku udah berangkat ke sekolah untuk menjadi siswa yang baik, tapi sekarang aku harus jadi ibu rumah tangga. Loh kamu kan cowok, kok jadi ibu rumah tangga?? Iya maksudku aku harus mbantu mama gue ngepel, buang sampah, nyiram tanaman, dll. Untungnya kakakku masih libur dari kuliahnya, jadi pekerjaanku lumayan enteng lah, karena tugasnya dibagi 2, seperti pepatah "berat dipikul ringan dijinjing". Hari ini aku harus beres beres rumah, membuang barang yang sudah tidak terpakai dan merapikan ruangan menjadi lebih rapi.

Pertama, aku dan ayahku memindahkan mesin printer kaos dari lantai1 ke lantai 2. Ini printer berat banget loh, kira kira 30kg. Hmm bikin gue capek aja, tapi aku berpikir kalo mindahin barang yang berat bisa bikin kuat kali??, ya sambil olahraga lah biar sehat. Setelah itu aku menyapu dan mengepel ruang atas, mamaku menyuruhku dengan garangnya, tapi aku tau apa maksudnya marah marah ke aku. Ada yang tau? Kalo menurutku sih biar aku mandiri dan disiplin, sehingga saat dewasa nanti aku tak perlu banyak bantuan dari orang tuaku. Setelah itu aku beli pecel, kami makan bareng, ngobrol bareng, dll.

Abis makan, istirahat dulu biar gak capek :D abis istirahat aku ngerapiin buku buku ku. Disitu ada banyak kenangan terpendam yang yang udah usang. Dari gue TK sampe SMA ada disitu semua. Pertama gue ngeliat buku rumus matematika SD. Dulu gue suka banget sama matematika, saking sukanya aku mesti beli buku yang ada hubungannya dengan mat, yang rumus lah yang penerapan lah, yang tentang mat lah pokoknya. Sungguh aku sangat senang ketika hasil UN diumumkan, aku dapet nilai abisaolut alias 100. Gue bisa nyimpulkan kalo kerja keras disertai cinta pasti akan menghasilkan sesuatu yang perfect.

Setelah itu aku buka rapor SD kelas 4, di halaman pertama ada fotoku saat SD, unyu ya gue, wkwk. Aku tertawa ketika melihat nilaiku yang begitu hancur, nilai tertinggi aja cm 6. Dan parahnya lagi, saat itu aku rangking 2. Eitss jangan salah, bukan 2 besar, tapi 2 kecil alias rangking 2 terbawah. Tapi ketika aku mengenang, aku merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya meskipun aku menjadi orang yang bodoh. Aku bisa maen bareng temen temen sekolah ataupun di komplek rumah, gak kayak sekarang yang lebih cenderung homey. Di sekolah dulu, aku paling suka maen bentengan. Kalian tau apa bentengan itu? Bentengan itu adalah permainan beregu yang terdiri dari 2tim, anggotanya terserah mau berapa. Di game ini kalian harus pandai pandai bekerja sama dengan anggotamu, karena harus ada yang menjaga benteng dan menyerang. Yang paling susah itu menyerang. Saat menyerang kalian gak boleh kena badan si penjaga musuh, kalian hrus gesit sampai ke benteng musuh yang biasanya memakai pohon sebagai kastilnya. Wahh..kalo dijelasin semua panjang bro, kita lanjut aja yak.

Oiya saat aku SD di Kediri, tepatnya SDS Pawyatan Daha, disitulah saat pertama dimana aku tertarik sama cewek, namanya Nurkalifah. Dia cantik banget, putih, goodlooking, wahh oke banget dah pokoknya. Dan rasa tertarik itu kuceritakan ke temanku yang namanya tasya. Wkwk, aneh banget ya, gue suka cewek tapi curhatnya ke temen cewek juga. Terus di SD ini, aku mendapatkan teman yang baik yang akhirnya jadi sahabat. Namanya Age dan Hening, mereka biasa kupanggil timun untuk age dan terong untuk hening. Knapa mereka dipanggil dengan ssbutan itu, karena sebutan itu sesusai dengan tubuh mereka. Lihat aja age, dia kurus tinggi, makanya dia dipanggil timun. Sedangkan hening dipanggil terong aku lupa knapa, hehe. Kalo aku dulu dipanggil tomat, karena aku gendut dan unyu, hehe.

ini nih wajah gue (kiri) dan kakak gue (kanan)

Sepulang sekolah aku selalu dijemput bus sekolah. biasanya setelah dari sekolahku, langsung menuju ke SDN Banjaran dekat TMP (Taman Makam Pahlawan). Biasanya aku menunggu mereka di TMP, aku selalu maen bareng temenku disana. Tapi terkadang aku terasa galau disana. Disaat aku semakin masuk ke dalam TMP, aku merasa ada rasa sedih yang muncul dalan diriku. Tapi setelah aku mendekat pada temen temenku, rasa sedih itu hilang. Ahh lupakan kesedihan itu! Di TMP biasanya aku balap lari sama temenku, yang larinya paling cepet dia yang menang. Yaah, begitulah permainan masa kanak kanak, pada gak jelas gitu.

Sepulang sekolah aku istirahat sejenak. Lalu aku beranjak maen sepak bola bareng kakak dan temennya. Kira kira jam 3 kami udah ngumpul di kampung yang gak begitu ramai itu. Disana ada mas anggi yang jago banget handling bola, ada juga mas aka yang jago maen bulutangkis, ada juga Mas rio yang gak jago apa apa, tapi dia selalu menghibur kami dengan tingkahnya yang gila. Terkadang mas rio kalo nendang bola nggak aturan, bisa tinggi sampe puluhan meter, bisa pula sejauh gawang ke gawang. Gila lah pokoknya. Kalo aku biasanya jadi keeper. Kejadian yang gak bisa kulupakan dimana saat aku terlalu bersemangat jadi keeper, aku sampe ngesot ngesot dan ada pasir yang masuk ke mulutku, meskipun menjijikan itu hal yang seru loh karena gak bisa dilupakan lagi. Kadang saat tengah bermain aku kebelet pipis, aku pipis di sembarang tempat, sontak temen temenku menghindar tempatku kencing saat maen bola.


Oiya saat aku di PG Ngadiredjo, aku kursus bahasa inggris di dekat rumahku. Aku lupa namanya tapi aku inget rumahnya yang biasa dijadiin tempat pembuatan furniture. Tempatnya sederhana, orang tuaku hanya memberinya upah sbesar 25 ribu rupiah sebulan. Tapi aku merasa bertumbuh dan berkembang setelah kursus disana. Kemampuan bahasa inggrisku samakin meningkat. Di tempat inilah pondasi bahasa inggrisku terbentuk.

Sungguh kota Kediri memberiku banyak kenangan indah. Rasanya banyak kenangan terbentuk di kota ini, aku gak bisa ceritain semua, karena ada ribuan kenangan yang terbentuk dari kota Kediri tercinta ini. Khususnya rumah dinas bapakku dulu di perumnas ngadiredjo no.15, terimakasih rumah yang indah, kau memberi banyak kenangan untukku. mangga yang selalu dicuri orang dari pohonku membuatku tersenyum saat aku dewasa sekarang. Saat pisang panen, aku menyantapnya mentah mentah, sungguh nikmat. Pepayamu yang bervitamin selalu kami konsumsi sekeluarga. Bunga rosela yang kau sediakan, membuat orang tuaku samakin sehat. Kucing yang kelaparan, membuat kami semakin mesra melalui sisa-sisa tulang ayam. Terima kasih Tuhan, Engkau telah memberiku kenangan melalui rumah nomer 15 ini. Aku tak kan melupakan keindahan yang kau sediakan buat kami.

5 September 2013

3D Printing Creates Unique Exoskeleton For Broken Bones

 The future of health technology might not be designed by a technologist, scientist or roboticist, but by an artist, designer or dreamer. A design student at Victoria University in Wellington, New Zealand came up with an idea that merges 3D scans of your broken limb with a 3D model to make an exoskeleton that protects your broken bone. The prototype is called Cortex.

Like Mark Twain said, “write what you know” — Jake Evill did the same, mostly. After he broke his hand, out of that pain (and necessity) he began to think of a better way to protect and heal a bone.

On his website, Evill says that Cortex delivers localized support for a fracture or broken bone, essentially shifting the pressure of the cast, in this case the Cortex exoskeleton, to where the bone is actually broken versus engulfing the entire limb in a heavy plaster or fiber glass cast.

Evill says Cortex is also good for the environment — stating that it’s recyclable which will help lesson the impact on medical waste which has been on the rise for the past 15 years.
Unlike other fiber glass and plaster casts, Cortex relies on 3D scanning and 3D printing to make the model for the cast. The broken hand, foot or other, needs to be 3D scanned which is reconstructed into a 3D model. The output from that process is a digital file which then goes to a 3D printer.  The result is a ultra- light, hygienic, anatomically accurate cast made from nylon that snaps together easily and applies the appropriate pressure on the fracture or break point.

The cross roads of technology and design continues to unfold. Evill describes Cortex in a way that’s more in tune with our active, modern and stylish lifestyles — it breathes, it looks good, it’s strong, thin, washable and can be worn under clothes. Evill pushes us to think about the boundaries of technology and design of an object meant to repair our bodies that’s both aesthetic and functional.

Source: Forbes.com

2 September 2013

Mahasiswa Unibraw Ciptakan Biskuit Tinggi Energi dari Ubi Jalar

Setelah bencana alam terjadi, salah satu kebutuhan yang sangat mendesak untuk disediakan adalah makanan bagi para korban. Pemberian makanan yang tepat, cepat dan dengan nutrisi lengkap sangat penting demi menunjang aktivitas para korban sehingga dapat memulihkan kondisi kesehatan dan mengurangi dampak negatif pasca bencana.

Pangan fungsional, salah satunya adalah biskuit, merupakan jawabannya. Pembuatan bahan pangan ini bisa menggunakan bahan dasar yang mempunyai aktivitas fisiologis dengan memberikan efek positif bagi kesehatan. Salah satunya adalah biskuit tinggi energi yang dibuat oleh Pendi Setyawan, mahasiswa fakultas pertanian Universitas Brawijaya, Malang.

"Biskuit tinggi energi yang dibuat ini menggunakan bahan dasar ubi jalar ungu," kata Pendi saat mempresentasikan laporannya di kompetisi ilmiah yang diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Pendi menyebutkan, komposisi bahan dalam pembuatan biskuit tinggi energi tersebut antara lain adalah 60 gram tepung ubi jalar ungu, 15 gram tepung wortel, 10 gram tepung terigu, 20 gram tepung tempe, 2 sendok makan minyak ikan, 50 gram margarin, 50 gram gula rendah kalori, 10 gram kuning telur, 2 gram bayam yang telah dihaluskan dan 20 gram air.

Dari hasil komposisi tersebut, kata Pendi, ia berhasil membuat biskuit tinggi energi yang mengandung 22,19% protein, 4,33% serat, 18,48 lemak dan 55,60% karbohidrat. "Total energi yang terkandung dalam biskuit energi tinggi ini mencapai 5053,82Kkal/Kg," jelasnya lagi.

Selain menemukan biskuit energi tinggi dari bahan ubi jalar tersebut, Pendi juga membuat mekanisme pendistribusian makanan tersebut bagi para korban bencana alam

Sumber: LIPI

1 September 2013

Peneliti Temukan Vaksin Antimalaria

Peneliti Amerika Serikat (AS) mengumumkan telah menemukan terobosan baru melawan penyakit malaria untuk pertama kalinya dalam sejarah. Peneliti telah menemukan vaksin yang 100 persen efektif melawan penyakit yang disebabkan oleh nyamuk tersebut.

Lebih dari tiga lusin relawan diberi sejumlah dosis vaksin baru tersebut. Hasilnya sangat menjanjikan. Percobaan selama beberapa bulan kepada pasien malaria sukses 100 persen melindungi subjek yang menerima dosis tertinggi vaksin.

Hasil tersebut dirilis peneliti oleh National Institutes of Health, Kamis (8/8). Vaksin tersebut bernama PfSPZ. Vaksin ini dibuat dari sporozoit parasit malaria yang dilemahkan. Pada uji coba parasit tersebut dilemahkan dengan radiasi dan dibekukan.

Secara total, 57 orang berpartisipasi dalam percobaan. Sebanyak 40 orang menerima sejumlah dosis vaksin. Kemudian seluruh partisipan diinfeksi nyamuk tersebut. Kemudian peneliti melihat bagaimana perkembangan penyakit tersebut dalam sepekan.

Enam subjek yang diberikan lima dosis intravena PfSPZ terproteksi secara penuh. Ini merupakan terobosan baru.

Meskipun menjanjikan, vaksin ini masih mentah. Dari sembilan subjek yang menerima empat dosis vaksin, tiga diantaranya terinfeksi. Sebelas dari 12 yang tidak menerima vaksin terinfeksi malaria. Namun demikian tidak satupun partisipan yang mendapat efek samping atas vaksin malaria tersebut.

Meskipun merupakan terobosan baru di bidang kesehatan, hasil ini masih perlu penelitian lanjutan. "Dan ini juga bukan vaksin yang siap diminum traveller yang akan melakukan perjalanan ke negara berkembang," ujar Kepala Departemen Kesehatan Universitas Vanderbilt Dr William Schaffner, seperti dilansir laman Daily Mail, Jumat (9/8).

Peneliti juga belum mengetahui berapa lama proteksi vaksin ini berlangsung. Fokus selanjutnya adalah bagaimana membuat vaksin ini efektif dalam jangka waktu yang lama.

Sumber: plasa.msn.com