28 Juni 2013

Khawatir Robot Tentara


Di dunia yang telah memiliki kendaraan robot dan lini perakitan otomatis, apakah robot pejuang akan muncul? Beberapa negara termasuk Amerika Serikat, Israel, dan Inggris tengah mengembangkan robot mematikan otomatis yang berperilaku seperti tentara manusia dan bisa dikirim ke medan laga.

Beberapa model robot telah didesain untuk membawa senjata mesin dan senapan canggih. Perusahaan iRobot, yang membuat penyedot debu Roomba, telah mengembangkan sebuah robot untuk melumpuhkan lawan. Sementara Angkatan Laut Amerika Serikat telah mengujicoba pesawat nirawak yang mampu terbang dan mendarat di kapal induk dan menjatuhkan dua ton artileri.

Para pendukung melihat sejumlah manfaat, termasuk kemampuan untuk melancarkan pertempuran dengan pasukan yang tak kenal lelah, dan juga menurunnya kematian. Namun, organisasi internasional meragukan teknologi berbahaya seperti ini dan risiko yang akan dihasilkan.

National Geographic mewawancarai Christof Heyns – seorang pengacara hak asasi manusia dan merupakan Special Rapporteur PBB di bidang hukum, rangkuman, dan tindakan arbitrer – tentang Lethal Autonomous Robots (LARs), istilah untuk robot-robot pejuang, dan apakah para pengembang harus melanjutkannya dengan bebas.


Anda meminta adanya moratorium terkait lethal autonomous robots (LAR). Apa kekhawatiran Anda tentang teknologi ini?
Bisakah robot membuat keputuasan yang dibutuhkan dalam perang, seperti membedakan antara pejuang dan warga sipil? Mereka akan mempermudah negara-negara untuk memutuskan perang dan dapat digunakan oleh para pemimpin lalim untuk menekan orang-orang mereka. Siapa yang akan bertanggungjawab jika robot tersebut menggila? Apakah mesin membunuh manusia bisa diterima?


Banyak negara sudah sejak lama memiliki instrumen perang otomatis yang mematikan seperti misil dan bom, belum lagi meningkatnya penggunaan pesawat nirawak. Apa yang membuat robot-robot ini berbeda?


Bom tidaklah otomatis, begitu juga pesawat nirawak. Ini merupakan pembeda yang sangat penting dan menjadi dasar kekhawatiran seputar LAR. Pesawat nirawak tak lepas dari keterlibatan manusia. LAR tidak, jadi, dengan LAR, mesin membuat keputusan apakah akan membunuh atau siapa yang akan dibunuh.


Meski ada risiko kebijakan hukum, kemanusiaan, dan kebijakan luar negeri, apakah ada sisi positif dari pejuang-pejuang otomatis ini?


Ya, mereka yang mendukung akan menyatakan bahwa robot ini bisa membidik lebih spesifik dan akan mengurangi kematian warga sipil. Mereka juga bisa mendapatkan informasi taktis terkait musuh tertentu yang bisa kita kejar atau kita proses. Akan tetapi, ini membuat mereka jadi semakin mudah untuk memutuskan berperang.

Sumber: NatGeo Indonesia

Tidak ada komentar: