Berbagai jenis hewan peliharaan eksotis berpotensi menularkan penyakit. Mereka yang memelihara hewan-hewan tersebut harus berhati-hati karena perilaku dan penyakit yang dibawa belum banyak diketahui.
Memelihara hewan eksotis di rumah membuka peluang penularan penyakit. ”Para pakar kesehatan manusia dan hewan dari sejumlah negara sepakat, memelihara binatang yang tak lazim di lingkungan manusia berisiko,” kata Ketua Umum Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Wiwiek Bagja, Selasa (13/8) di Jakarta.
Hewan peliharaan eksotis merupakan sebutan untuk segala jenis hewan peliharaan yang dahulu tak biasa dipelihara di rumah. Kebanyakan satwa liar yang dipelihara di rumah karena tren misalnya hamster, sugar glider (hewan terbang mirip tupai), kera, iguana, dan berbagai ular.
Satwa liar sering menjadi sumber berbagai jenis penyakit menular. Dari 338 penyakit menular baru yang disepakati pakar kesehatan dunia dalam pertemuan yang digelar Wildlife Conservation Society pada tahun 2004 di Amerika Serikat, sebanyak 60,4 persen atau 204 jenis merupakan penyakit menular dari hewan ke manusia (zoonosis).
Dari 204 penyakit zoonosis baru itu, 70 persen atau 143 penyakit disebabkan satwa liar. ”Fakta itu menunjukkan, mereka yang memelihara hewan yang tak lazim hidup di lingkungan orang harus benar-benar waspada,” kata Wiwiek.
Dokter hewan Perdana mengatakan, sejumlah hewan eksotis yang sedang tren di Indonesia saat ini potensial menularkan penyakit. Hamster, kelinci, dan sugar glider bisa menularkan penyakit kulit seperti scabies atau kudis. Hamster juga pernah diketahui menularkan virus papovavirus yang dapat menyebabkan infeksi ginjal dan tumbuhnya tumor. ”Namun, ini sangat langka,” ujarnya.
Menurut Perdana, sugar glider juga dapat menularkan leptospirosis. Penyakit yang gejala awalnya demam, sakit kepala, dan muntah itu bisa merusak ginjal dan hati, serta radang selaput otak. Berbagai jenis reptil juga berpotensi menularkan bakteri yang dapat menyebabkan berbagai penyakit, dari tifus hingga kelumpuhan. Adapun kera potensial menularkan tuberkulosis dan hepatitis.
Belum menyeluruh
Menurut Perdana, penelitian tentang hewan eksotis belum banyak dilakukan sehingga perilaku dan penyakit yang potensial ditularkan belum banyak diketahui. ”Karena hewan eksotis dulunya satwa liar, belum banyak penelitian yang dilakukan jika dibandingkan dengan hewan peliharaan yang lazim, misalnya anjing dan kucing,” ujarnya.
Mereka yang ingin memelihara hewan eksotis dianjurkan mencari informasi dari berbagai sumber, termasuk dari komunitas dan dokter hewan. Hewan eksotis yang dipelihara sebaiknya hasil ternak, bukan tangkapan dari alam. ”Kalau hasil ternak, penyakitnya cenderung lebih terkendali,” ujar Wiwiek.
Hal senada dikatakan anggota komunitas pencinta sugar glider di Indonesia, Suryo Adilaksano (40). ”Mereka yang pemula sebaiknya membeli sugar glider hasil ternak karena biasanya lebih jinak dan tidak berpenyakit,” ujarnya.
Suryo menuturkan, sugar glider hasil tangkapan dari hutan-hutan di Papua sering terserang diare dan tubuhnya terluka
Sumber: Kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar