Sekali lagi, paparan ilmiah
menegaskan bahwa manta lebih bernilai saat masih hidup, dibanding saat menjadi
santapan atau bahan obat.
Sebuah studi di jurnal PLoS
ONE memperkirakan bahwa ikan pari manta bisa memberikan devisa dari
sektor wisata sebesar US$140 juta atau sekitar Rp1,33 triliun per tahun. Jumlah
ini jauh lebih besar jika dibandingkan saat pari manta diburu, dalam keadaan
mati, atau diambil insangnya demi pengobatan tradisional Cina.
“Sebagai contoh di Indonesia,
penghasilan nelayan dari berburu piring insang ikan pari manta diperkirakan
sekitar US$400.000 (Rp3,6 miliar), sementara sektor wisata bisa menghasilkan
lebih dari US$15 juta keuntungan bagi masyarakat, dan ini akan terus berulang
setiap tahun tanpa mengurangi populasi pari manta itu sendiri,” ungkap penulis
penelitian ini, Mary O’Malley dalam rilis medianya.
Dalam beberapa tahun terakhir, ikan
pari manta menjadi sasaran perburuan satwa, yang diyakini menjadi bahan
pengobatan tradisional di Asia Timur. Namun, dalam studi terbaru ini terkuak
bahwa perdagangan insang ikan pari manta hanya bernilai sekitar US$5 juta per
tahun, atau hanya sekitar 3,5 persen dari jumlah yang bisa mereka sumbangkan
dari sektor wisata alam.
“Kendati kualitas daging pari manta
dinilai tidak bagus, namun insang atau peranti pernapasan spesies ini sangat
dicari di Asia di mana mereka digunakan untuk mengobati berbagai macam
penyakit,” ungkap para penulis.
Insang pari manta dipercaya bisa
menyembuhkan berbagai penyakit, mulai dari asma sampai cacar air, bahkan
kanker.Tapi tidak ada bukti ilmiah yang
bisa dipercaya bahwa insang pari manta memiliki khasiat pengobatan yang nyata.
“Beberapa praktisi pengobatan bahkan
menilai bahwa insang pari manta tidak efektif digunakan sebagai obat dan sudah
banyak materi lainnya yang bisa digunakan sebagai pengganti,” ungkap lembaga
Manta Trust yang bergerak dalam perlindungan ikan pari manta ini.
Sumber: NatGeo Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar